Anda sedang merencanakan liburan ke Surabaya?. Ataukah
anda sedang berada di Surabaya .Selain dikenal sebagai kota pahlawan, Surabaya
juga dikenal sebagai “surga” wisata kuliner. Begitu banyak tempat makanan di
kota ini. Tidak pas rasanya jika berkunjung ke suatu daerah tanpa mencicipi
makanan khas dari daerah tersebut, maka dari itu bagi anda yang mencari info
kuliner di Surabaya, berikut infomasi yang bisa membantu anda :
a. Rujak Cingur
Tak lengkap rasanya, berkunjung ke Surabaya tanpa
mencicipi makanan khas yang satu ini. Makanan yang terdiri dari lontong, tahu,
tempe, cingur, irisan beberapa jenis buah-buahan seperti ketimun, mangga muda,
krai (sejenis ketimun khas Surabaya), buah bengkoang dan nanas serta tak
ketinggalan beberapa jenis sayur-mayur seperti kecambah/tauge, kangkung, dan
kacang panjang.
Makanan ini
dinamai rujak cingur karena bumbu yang digunakan adalah campuran petis udang
dan cingur. Bumbu inilah yang digunakan untuk mencampur semua bahan-bahan di
atas. Menikmati seporsi rujak cingur akan lebih sempurna bila disertai dengan
kerupuk.
Untuk melestarikan makanan khas ini, pada rangkaian
Hari Ulang Tahun Kota Surabaya setiap Mei, selalu diadakan Festival Rujak
Cingur.
b. Lontong Balap
Lontong balap termasuk
makanan khas Surabaya yang banyak disukai warga Surabaya maupun luar Surabaya.
Di dalamnya terdapat beberapa potong lontong, lentho
(perkedel dari singkong dan kacang tanah yang
digoreng), tahu goreng kering, dan taoge
yang disiram dengan kuah. Sajian Lontong Balap
ini biasanya dipadukan dengan sate kerang. Sate kerang
ini, dibuat dari kerang yang direbus
kemudian disajikan menyerupai sate.
Mengapa disebut lontong balap…???
Konon katanya, nama ini muncul karena gaya jualan
pedagang di masa lalu. Saat jualan mereka
menggunakan pikulan besar yang menampung dua kuali tanah
liat. Berat dipikul, si pedagang mempercepat perjalanan, seolah saling
berbalapan.
Namun saat ini jarang ditemui penjual lontong
balap yang pikulan. Beberapa penjual Lontong balap memilih menetap untuk
berjualan di suatu tempat seperti di Jl. Kranggan dan yang tidak menetap
memilih memakai “rombong”.
c. Sate Kelapa
Salah satu menu kuliner andalan kota Surabaya adalah
sate kelapa Ondomohen. Sate Kelapa ini terletak di Jl. Walikota Mustajab.
Terdiri dari potongan daging lulur dalam yang sudah dipisahkan dari
otot-ototnya, sehingga ketika disantap tidak begitu liat atau susah dikunyah.
Setelah itu barulah sate
ini ditaburi parutan kelapa diatasnya sebelum dibakar.
Aroma bumbu dan kelapa inilah yang membuat aroma sate
menjadi harum. Sepotong gajih (lemak) yang menyelinap di antara 3 potong
daging disertai serundeng menambah gurihnya sate ini. Dengan ditimpali sedikit
rasa manis dari bumbu kacang yang halus dan kecap, sate ini menjadi sajian yang
mantap. Sate ini bisa dimakan dengan nasi maupun lontong.
d. Semanggi Suroboyo
Penasaran ingin makan
semanggi...? Harap bersabar, sebab makanan ini
susah-susah gampang dicari. Lebih banyak dijajakan keliling di pagi sampai
siang hari. Pagi hari, biasanya para penjual ini berkumpul sebelum
akhirnya berpencar berjualan keluar masuk kampung.
Bakul pecel semanggi rata-rata berasal dari
satu tempat, yaitu Desa Kandangan, Kecamatan Benowo, Surabaya. Dua tempat yang
dijadikan “pos” di pagi hari, adalah pinggir jalan Kupang Praupan
dan di jalan Rajawali.
Penjualnya gampang dikenali, karena mereka mengenakan
jarit dan selendang untuk memanggul semanggi. Semanggi
Suroboyo terdiri dari dua macam sayuran yaitu
daun semanggi dan kecambah yang direbus,
disajikan bersama campuran petis dan bumbunya khas yang
merupakan perpaduan dari ketela rambat, kacang tanah
dan gula merah, serta dilengkapi kerupuk puli.
e. Lontong Kupang
Lontong kupang adalah makanan khas di sekitar kawasan
pantai Surabaya. Makanan ini terdiri dari lontong dan kuah bercampur
kupang (sejenis tiram/kerang kecil) yang disajikan dengan olahan cabai sesuai
dengan keinginan pembeli. Makanan ini dijajakan dengan dipikul oleh penjajanya
ke seluruh pelosok kota Surabaya. Saat ini, lontong kupang ini juga dapat
ditemui di beberapa Pujasera di Kota Surabaya.
Sumber : dinas kebudayaan dan pariwisata surabaya
0 comments:
Post a Comment